Jumat, 18 Februari 2011

aku

PENGANTAR

A.     PENYEBAB KRISIS DIMESIR
Krisis  Politik di Mesir kini  menjadi   keprihatinan bersama   dunia.  Kita semua  tercengang dengan  protes besar - besaran  di Mesir, terkait desakan agar  Presiden Hosni Mubarak  mundur.  Bahkan meski desakan   dunia Internasional  terus  mengalir agar  Mesir  mengakhiri konflik politiknya, namun    hal itu   sama sekali  tidak  diindahkan  presiden Mubarak.  Mubarak  tetap  kokoh  dengan   pendiriannya, tidak akan  turun dari tapuk pimpinan.   Kini  dunia Internasional, tidak terkecuali  Indonesia terus  mengkawatirkan  revolusi yang terjadi   di Mesir. 

Aksi pelengseran Housni Mubarak oleh rakyat mesir disebabkan oleh, selama 3 dekade kepemimpinan Housni Mubarak dirasakan tidak ada kemajuan di bidang ekonomi. Kesejahteraan rakyat tetap sama, tidak ada peningkatan.
      Ada dugaan korupsi yang dilakukan oleh Presiden Mesir tersebut. Selama 30 tahun pemerintahannya yang tidak mengalami perubahan, aset pribadinya dan keluarga terus bertambah.

Menurut JK, ada 3 faktor penyebab Mesir dan Tunisia mengalami perlawanan dari dalam.
Pertama, karena tidak ada kebebasan alias demokrasi.
Kedua, karena korupsi. Dan
ketiga, karena masalah ekonomi.

Di Mesir, kenaikan harga pangan juga telah menjadi salah satu penyebab kerusuhan di negara itu. Desember tahun lalu, beberapa kalangan telah memperingatkan akan munculnya krisis pangan di negara itu. Akan tetapi, tidak ada tindakan yang nyata. Saat berdemonstrasi, warga meneriakkan tuntutan agar harga pangan segera diturunkan.
Presiden Mesir Hosni Mubarak telah meminta pemberian subsidi harga pangan serta mengupayakan pengendalian inflasi untuk meredakan unjuk rasa dan kerusuhan yang terjadi di sejumlah tempat.
Penyebab krisis pangan berasal dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi. Pada sisi konsumsi, ledakan jumlah penduduk menyebabkan konsumsi bahan pangan meningkat. Pada sisi produksi, lahan pertanian berkurang, penggunaan air berubah dari kepentingan pertanian ke kepentingan warga kota, dan perubahan iklim telah menurunkan produksi pangan. Kondisi ini memunculkan spekulasi harga pangan di pasar dunia.
Prof Nouriel Roubini dari Universitas New York, yang memimpin lembaga Roubini Global Economics, termasuk yang meyakini bahwa penyebab krisis di kawasan Arab adalah krisis pangan. Akan tetapi, ia menyayangkan masalah krisis pangan sebagai akar masalah kerusuhan politik di sejumlah negara itu sepertinya tidak pernah diungkap ke permukaan.

Bahaya Konflik Mesir Berdarah 2011 Penyebab Perang Dunia III Akibat Krisis Perdagangan Jadi Pemicu. Ekonomi internasional akan bergejolak karena Mesir berada di kawasan strategis perdagangan dunia. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi'i Maarif menegaskan bahaya konflik di Mesir dapat memicu pecahnya Perang Dunia Ketiga III.

Sebab, sebelum terjadi pertikaian politik yang menjurus perang terbuka antara kelompok yang pro Presiden Mesir Hosni Mubarak dan kelompok yang menginginkan Mubarak turun dari kursi presiden, telah terlebih dahulu terjadi konflik politik seperti di Tunisia.

Kemungkinan bahaya konflik Mesir akan memicu Perang Dunia III karena negara itu mempunyai berbagai keuntungan di tingkat internasional. Mulai dari letak negara yang strategis hingga sebagai kawasan yang dilalui perdagangan dunia, termasuk minyak dan energi. Akibatnya, jika konflik di sana tidak segera selesai akan dapat memicu perang.

Terkait dengan desakan agar Presiden Hosni Mubarak mundur, menurut Syafi'i, tanpa diminta mundur pun nantinya Mubarak akan mundur dengan sendirinya. "Tanpa diminta turun pun, Hosni Mubarak akan turun karena tidak mungkin akan bertahan," kata dia.

Syafi'i Maarif menyatakan, untuk menyelesaikan konflik tidak dapat dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Apalagi, bila Indonesia bertindak sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik di Mesir, meski berpenduduk dengan umat muslim terbesar di dunia.


A.     DAMPAK EKONOMI INTERNASIONAL
NEW YORK. Pengunduran diri Presiden Mesir Hosni Mubarak berimbas koreksi pada harga minyak.
Akhir pekan lalu (11/2), minyak merosot hingga 1,15% ke level US$ 85,58 per barel, setelah Wapres Mesir mengumumkan pengunduran diri Mubarak. Itu level terendahnya dalam 10 pekan terakhir.

Adapun, hari minyak masih bergerak terbatas dengan kecenderungan melemah. Hingga pukul 11.05 WIB, minyak WTI untuk kontrak pengiriman Maret di Bursa NYMEX-AS naik tipis ke US$ 85,71 per barel. Namun, harganya sempat jatuh ke US$ 85,28 sebarel pada pukul 07.19 WIB.

Cenderung lemahnya harga emas hitam ini karena kekhawatiran terganggunya pengiriman minyak mentah dari Timur Tengah agak mereda, setelah Mubarak menyerahkan kekuasaan kepada militer pada Jumat lalu (11/2).

Bulan lalu, minyak di New York naik ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir karena spekulasi kerusuhan di Mesir mungkin akan mengganggu pengiriman melalui Terusan Suez.

Jonathan Barrat dari Commodity Broking Services Pty di Sydney, menilai pasar saat ini akan fokus pada faktor di luar Mesir. "Pasar akan kembali memperhatikan faktor cadangan minyak dan angka-angka ekonomi di pekan ini," ujarnya.